Perwira Waffen-SS legendaris, Otto Skorzeny adalah salah satu tokoh
paling eksentrik di Perang Dunia II. Pria yang seakan haus ketegangan
dan kecanduan akan bahaya ini memiliki karir militer yang dipenuhi intrik dan petualangan yang penuh resiko dan menuntut keberanian yang luar biasa.
Skorzeny adalah orang yang bertanggung jawab atas penyelamatan Benito
Mussolini di sebuah penginapan di puncak gunung di Italia. Dia adalah
orang yang berada di balik penculikan anak Miklos Horthy, yang
mengakibatkan Raja Hungaria tersebut terpaksa menuruti keinginan Jerman.
Dia adalah dalang di balik kekacauan internal pasukan Sekutu pada saat
Penyerangan Ardennes. Dia adalah orang yang membuat komandan tertinggi
Sekutu, Dwight D. Eisenhower tidak dapat beranjak dari markasnya di
Versailles pada saat pekan Hari Natal tahun 1944 untuk menghindari
pencobaan pembunuhan. Di akhir perang, Skorzeny menyerah kepada pihak
Sekutu, hanya untuk melarikan diri beberapa tahun setelah
penangkapannya.
Prestasinya sesudah Perang Dunia II mereda juga
luar biasa. Dia menjual jasanya sebagai kontraktor perang kepada
Amerika Serikat dan Uni Soviet semasa Perang Dingin. Dia bekerja sebagai
penasehat untuk pemerintahan Peron di Argentina dan membuat organisasi
khusus yang bertujuan membantu rekan sejawatnya saat Perang Dunia II
dalam menghindari pengadilan militer. Dia juga dikabarkan memiliki
koneksi khusus dengan IRA ( Irish Revolutionary Army ). Dia juga
menciptakan sebuah organisasi paramiliter yang berkedok sebagai
konsultan keamanan, yang sebenarnya adalah sebuah agensi untuk merekrut
dan mengorganisir tentara bayaran demi membantu rezim - rezim fasis di
seluruh dunia. Berikut ini adalah sekelumit kisah dari seorang tentara
bengis nan pemberani yang dijuluki "Pria Paling Berbahaya di Eropa."
*The Scarface Commando
Otto Skorzeny lahir di Vienna, Austria pada tanggal 12 Juni 1908. Dia
lahir di keluarga kelas menengah yang terhitung cukup mampu di saat itu.
Tumbuh besar bersama keluarga yang punya sejarah militer panjang,
Skorzeny sering berpartisipasi dalam pertandingan anggar saat dia sedang
memangku pendidikan sebagai mahasiswa teknik di sebuah universitas di
Vienna.
Skorzeny mendapatkan luka codet panjang di pipi kirinya
dalam sebuah pertandingan anggar. Dalam tradisi, luka yang didapatnya
dalam pertandingan seperti ini adalah sebuah tanda kehormatan. Luka ini
akhirnya menjadi ciri khasnya yang terkenal bersama dengan kumis tipi
serta tubuh bongsornya yang kurang lebih setinggi 1,9 meter. Dengan
tubuh yang sangat tinggi dan kekar, sosoknya sangat mengesankan, namun
di satu sisi, mengancam.
Muak dengan depresi ekonomi yang
berlangsung di Austria, Skorzeny akhirnya bergabung dengan Partai Nazi
Austria pada tahun 1931. Pada tanggal 12 Maret 1938, Skorzeny memimpin
sekelompok pemuda Austria dan berhasil memimpin mereka untuk
menyelamatkan Presiden Austria, Wilhelm Miklas dari sebuah percobaan
pembunuhan saat aneksasi Jerman atas Austria. Hal ini menarik perhatian
Ernst Kaltenbrunner, ketua SS Austria. Skorzeny pun akhirnya bekerja di
bawah Kaltenbrunner.
Invasi Jerman ke Polandia menandai awal
dari Perang Dunia II di Eropa. Skorzeny pun menyatakan niatnya untuk
bergabung dengan Luftwaffe, angkatan udara Jerman. Sayangnya, Skorzeny
yang memang sempat beraspirasi untuk menjadi pilot dan punya pengalaman
khusus dalam mengoperasikan pesawat terbang pun ditolak karena tinggi
badannya yang tidak cocok, serta umurnya yang sudah terhitung terlalu
tua untuk menjadi seorang pilot pesawat tempur.
Skorzeny pun
akhirnya ditransfer ke angkatan darat Jerman. Dari sini, ia memulai
karirnya sebagai Divisi Pertama SS, "Leibstandarte Adolf Hitler", sebuah
pasukan elit yang bertugas sebagai bodyguard untuk sang Fuhrer, Adolf
Hitler. Setahun kemudian, dia pun dipindahkan ke divisi SS yang lain,
"Das Reich" dengan pangkat letnan dua.
Karena latar belakang
pendidikannya sebagai insinyur, Skorzeny juga diangkat menjadi petugas
teknis yang bertugas untuk mengawasi peralatan tempur divisinya. Dia
terhitung cukup ahli dalam tugasnya ini, namun caranya yang tidak wajar
sering membuatnya mendapat masalah. Dia tidak ragu untuk mencuri suku
cadang dari divisi lain.
Skorzeny sempat berpartisipasi dalam
pertempuran di Prancis dan Belanda, namun peran yang ia dapat cenderung
minor. Di Yugoslavia, Skorzeny berhasil mencetak prestasi gemilang saat
resimennya dikirim untuk menumpas pemberontak yang telah mengulingkan
Pangeran Paul Karadjordjevic karena kedekatannya dengan Adolf Hitler
pada tanggal 26 Maret 1941. Tiga hari setelah invasi berlangsung,
Skorzeny berhasil menangkap lima puluh empat tentara dan perwira
Yugoslavia.
Di bulan Juni 1941, Skorzeny berpartisipasi dalam
Operasi Barbarossa, fase pertama dari invasi Jerman ke Uni Soviet. Dia
membawahi sejumlah teknisi yang nantinya akan ditugaskan untuk mengambil
alih bangunan penting milik Partai Komunis Rusia pada seusai Moskwa,
ibukota Rusia berhasil dikuasai oleh Jerman seusai Invasi Moskwa yang
terjadi pada bulan Oktober 1941. Dia juga diperintahkan oleh Hitler
untuk mengambil alih pintu air kanal Moskwa-Volga dan menggunakannya
untuk mengubah Moskwa menjadi danau buatan. Misi - misi tersebut pun
terpaksa dibatalkan, karena pasukan Uni Soviet berhasil menahan serangan
pasukan Jerman, dan mendorong mereka keluar dari daerah luar Moskwa.
Dalam sebuah pertempuran, Skorzeny terkena pecahan peluru yang
ditembakkan oleh artileri Katyusha milik Uni Soviet di kepalanya yang
mengakibatkan luka yang cukup serius. Dia pun dibawa ke pos medis
terdekat, dan mendapatkan pertolongan pertama. Meski keadaannya melemah,
Skorzeny menolak untuk mundur, dan memilih untuk tetap bertempur.
Selang beberapa jam, keadaan Skorzeny pun semakin kritis, dan dia pun
terpaksa dievakuasi dari medan perang. Usai dievakuasi, Skorzeny pun
dikirim kembali ke Vienna untuk menjalani pengobatan. Atas
keberaniannya, dia dianugerahkan medali Iron Cross.
Sembari
menunggu keadaannya pulih kembali, Skorzeny bekerja sebagai staff teknis
dalam Waffen-SS di Berlin. Selama masa pemulihannya ini, Skorzeny
menghabiskan waktu luangnya untuk mempelajari taktik perang
unkonvensional secara ekstensif. Setelah berdiskusi dengan rekan
seangkatannya berkenaan dengan hal ini, Skorzeny pun mengajukan proposal
kepada atasannya untuk membentuk sebuah pasukan khusus dengan taktik
perang yang unik.
Skorzeny berargumen, lewat pengalamannya di
Rusia, bahwa pasukan Jerman pada awal peperangan berhasil melaksanakan
banyak taktik perang yang inovatif, namun perlahan, seiring berjalannya
waktu, merosot menjadi sekedar perang adu jumlah yang dilancarkan hingga
pihak lawan kelelahan dan kehabisan sumber daya. Skorzeny pun
menawarkan solusi atas hal ini, yakni lewat proposalnya yang menawarkan
pembuatan pasukan khusus dengan metode perang unkonvesional, lewat
sabotase dan spionase untuk menimbulkan kekacauan di dalam tubuh pasukan
musuh.
Proposalnya akhirnya diangkat pada bulan April tahun
1943. Skorzeny dipanggil oleh Walter Schellenberg, kepala intelejen luar
negeri SS setelah mendapatkan dari Kaltenbrunner yang kini menjabat
sebagai ketua SS-Reichssicherheitshauptamt, kelompok polisi rahasia
Jerman. Schellenberg menyatakan bahwa Waffen-SS sedang membutuhkan
seorang perwira yang bisa ditugaskan untuk melakukan berbagai misi
rahasia.
Kaltenbrunner mengenal Skorzeny semenjak masa sebelum
perang dimulai. Dia mengetahui dengan jelas dedikasi Skorzeny,
keberaniannya serta loyalitasnya kepada Reich Ketiga. Kaltenbrunner pun
tahu bahwa Skorzeny adalah orang yang paling tepat untuk mendapatkan
peran ini. Skorzeny pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut dan
dia pun diberikan kuasa atas SS Friedenthal. Beranggotakan tiga ratus
personil. unit ini pun diganti namanya menjadi 502nd SS Jaeger
Batallion. Setiap anggotanya dituntut untuk pandai berenang, menggunakan
parasut, serta memiliki pengetahuan yang dalam seputar senjata api,
bahan peledak dan artileri. Mereka juga harus mengetahui cara
mengoperasikan mobil, sepeda motor, perahu hingga lokomotif dan pesawat
terbang.
*Operation Francois - A Shaky Start
Misi pertama
502nd Jaeger Battalion dilaksanakan pada musim panas tahun 1943. Unit
ini diterjunkan ke Iran untuk bernegosiasi penduduk setempat sehingga
diharapkan dapat membantu Jerman dengan menyabotase suplai yang
dikirimkan oleh Amerika Serikat dan Inggris kepada Uni Soviet. Operasi
ini dinilai gagal oleh Skorzeny, yang saat itu masih ada di Jerman untuk
melatih pasukan baru, karena seiring berjalannya waktu, suplai yang
dibutuhkan pasukan semakin besar, sementara pengirimannya tak kunjung
datang. Penduduk setempat juga tidak semakin tidak menunjukkan niat
untuk membantu Jerman. Dikatakan, pasukan Jerman membawa sejumlah
sogokan berupa emas untuk membujuk para penduduk setempat untuk membantu
mereka, namun di saat sogokan sudah tidak mengalir ke mereka, para
penduduk setempat akhirnya memilih untuk berpihak pada pasukan Sekutu.
Meski 502nd Jaeger Battalion mengawali karir mereka dengan hasil kerja
yang buruk, hal yang luar biasa telah menanti mereka di masa depan.
Selagi pasukannya sedang melaksanakan Operasi Francois di Iran, Skorzeny
dipanggil oleh sang Fuhrer sendiri, Adolf Hitler.
*Operation Oak - The Rescue of Il Duce
Adolf Hitler, yang sedang berada di Wolfsschanze atau Sarang Serigala,
sebuah markas militer Jerman di Rastenburg, Prusia Timur mendapatkan
berita yang membuatnya geram. Sekutunya, Benito Mussolini, Il Duce,
diktator Italia, baru saja digulingkan oleh pengikutnya sendiri.
Rakyat Italia sudah jengah terhadap diktatornya yang megalomania. Dalam
empat tahun, Italia kehilangan banyak putranya di medan perang dan
wilayah jajahannya di Afrika Utara dan Afrika Timur. Sisilia, sebuah
pulau yang cukup besar di selatan Italia akhirnya dikuasai oleh pihak
Sekutu dan invasi Sekutu ke Italia pun tak terelakkan.
Pada
tanggal 25 Juli 1943, beberapa minggu seusai Invasi Sekutu ke Sisilia,
Dewan Agung Fasisme Italia berencana untuk menggulingkan Mussolini dan
Pietro Badoglio terpilih untuk menggantikan posisinya sebagai kepala
pemerintahan Italia. Mussolini sendiri pun ditangkap atas perintah Raja
Victor Emmanuel III. Penggulingan Mussolini berjalan cepat dan tanpa
pertumpahan darah.
Kejadian ini pun membuat Hitler cemas.
Penangkapan Mussolini bisa saja mengakibatkan Italia memilih untuk
berdamai atau bahkan berpihak pada lawan. Pihak Italia tahu bahwa Jerman
akan mengirimkan pasukan khusus untuk menyelamatkan Mussolini, sehingga
mereka menyembunyikan Mussolini dengan hati - hati dengan
memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain di Italia.
Hitler pun memanggil Skorzeny dan lima pemimpin pasukan khusus lain
selain Skorzeny ke Sarang Serigala. Skorzeny yang belum pernah bertemu
langsung dengan sang Fuhrer adalah perwira yang memiliki pangkat
terrendah. Hitler pun menanyakan dua pertanyaan ke setiap dari mereka.
Pertanyaan tersebut adalah:
1. Apakah kau familiar dengan Italia?
2. Bagaimana pendapatmu akan Italia?
Pertanyaan pertama dijawab Skorzeny dengan kata "Iya", karena di tahun
1935, dia pernah berbulan madu bersama istrinya di Italia. "Saya adalah
orang Austria, Fuhrer," adalah jawaban atas pertanyaan kedua Hitler.
Skorzeny tahu bahwa Hitler yang juga orang Austria tentu mengenal jelas
permusuhan yang mendarah daging antara Austria dan Italia yang semakin
parah saat Perang Dunia I. Puas mendengar jawaban Skorzeny, Hitler
membubarkan kelima perwira lain selain Skorzeny, lalu memberitahukan
berita yang baru saja ia dapatkan kepada Skorzeny. Dia dan 502nd Jaeger
Batallion pun ditugaskan untuk menyelamatkan Mussolini sebelum ia
diserahkan kepada pihak Sekutu, bagaimanapun caranya.
*Operation Oak - Mission Impossible
Demi kerahasiaan, Skorzeny ditugaskan di bawah kuasa Kurt Student,
jendral dari Fallschirmjager, resimen penerjun payung Jerman. Setelah
pertemuan di hari itu, Skorzeny dan anak buahnya serta badan intelijen
Jerman mencari informasi dan menyusup darimanapun mereka bisa. Beberapa
operasi penyelamatan telah dilancarkan, namun pada akhirnya, mereka
selalu telat selangkah, karena musuh telah memindahkan target
penyelamatan, Mussolini ke berbagai tempat di Italia.
Pertama,
Mussolini dibawa ke pulau Ponza, dekat Naples. Lalu kemudian, ia
dipindahkan ke sebuah markas Angkatan Laut Italia di La Maddalena,
Sardinia. Skorzeny yang mendapatkan berita tersebut pun segera berangkat
bersama anak buahnya ke pulau tersebut dengan pesawat terbang, namun
berhasil ditembak oleh pesawat Sekutu. Skorzeny dan anak buahnya pun
diselamatkan oleh sebuah kapal perang sebelum Mussolini akhirnya
dipindahkan lagi.
Sementara itu, ada peristiwa baru yang
menuntut Skorzeny untuk menuntaskan pekerjaannya lebih cepat. Pada
tanggal 3 September 1943, pasukan sekutu telah menginvasi Italia, dan
Badolio, sang perdana menteri baru telah memerintahkan pasukannya untuk
berhenti melawan musuh mereka.
Informasi baru telah masuk ke
badan intelijen Jerman. Mussolini dilaporkan berada di sebuah hotel di
Gran Sasso yang merupakan puncak tertinggi gunung Apennine dan hanya
bisa diakses dengan kereta gantung. Daerah yang berjarak seratus tiga
puluh kilometer dari Roma itu dilindungi kurang lebih dua ratus lima
puluh pasukan Italia.
Skorzeny, Student dan Harald Mors, salah
seorang komandan Fallschirmjager pun membuat rencana penyelamatan.
Rencana tersebut sederhana, namun sulit untuk dilakukan. Rencananya
adalah sebagai berikut:
Dua belas pesawat layang DFS 230, yang
membawa pasukan akan diterbangkan satu persatu ke atas Gran Sasso.
Setiap pilot harus berusaha menerobos tekanan angin yang kuat di atas
ketinggian 9.500 kaki dan mencoba mendarat di dekat hotel yang
dikelilingi tebing terjal tersebut.
Saat sudah mendarat, pasukan tersebut harus menyusup dan menyelamatkan Mussolini sebelum ketahuan oleh para penjaga.
Pasukan bantuan akan datang dengan truk dan menjaga stasiun kereta gantung di bawah gunung.
Mussolini kemudian akan dibawa pergi dari Gran Sasso dengan pesawat terbang Stork.
Pada tanggal 10 September, Skorzeny menaiki pesawat terbang militer.
Dia mengitari daerah sekitar atas hotel dan memotret titik - titik ia
akan mendaratkan pesawat layangnya.
Tanggal 12 September pun
menjadi hari dieksekusinya rencana tersebut. Pasukan penyelamat
yangterdiri 108 personel yang berisi 81 penerjun payung serta Skorzeny,
25 orang anak buahnya, dan seorang "tamu" pun lepas landas dari bandar
udara Practica di Roma. "Tamu" tersebut adalah Jendral Fernando Soleti,
salah seorang petinggi polisi militer Italia yang telah diculik oleh
Skorzeny. Kehadirannya diharapkan dapat membuat para pasukan penjaga mau
bekerja sama, atau setidaknya, kebingungan.
Tidak ada waktu
untuk membuat peta khusus untuk para pilot, sehingga mereka
diperintahkan untuk mengikuti arah perjalanan pesawat layang yang
dioperasikan oleh satu - satunya pilot yang mengetahui arah navigasi di
daerah Gran Sasso yang diterbangkan paling depan.
Pada pukul
satu siang, kejadian buruk menimpa Skorzeny. Dua pesawat layang terdepan
pun terjatuh tidak lama setelah lepas landas. Pesawat Skorzeny yang
berada di urutan ketiga mau tidak mau harus menjadi penunjuk jalan.
Skorzeny kini mau tidak mau harus menjadi pemimpin operasi. Tanpa peta,
Skorzeny pun mengeluarkan bayonetnya, lalu menorehkannya ke lantai
pesawat, membentuk sebuah lubang penglihatan kecil. Lewat ingatannya
akan penerbangannya pada dua hari yang lalu, dia pun memandu penerbangan
pesawat layang yang ditumpanginya.
Dalam perjalanan, dua
pesawat layang terpisah dari rombongan. Sekarang hanya ada delapan
pesawat layang dalam operasi ini. Satu jam kemudian, pesawat layang yang
mereka tumpangi hampir mendekati targetnya. Untuk menghindari suara
pendaratan mereka terdengar oleh para pasukan penjaga, mereka pun
mematikan mesin pesawat. Pesawat layang bersiap untuk mendarat tanpa
suara, namun saat mereka semakin dekat dengan tempat pendaratan,
Skorzeny baru menyadari, bahwa tempat tersebut lebih sempit dari yang ia
duga. Tempat itu dipenuhi batu yang terjal.
Sudah terlambat
untuk mundur. Skorzeny telah berjanji untuk membebaskan Mussolini apapun
resikonya. Ia pun memerintahkan pilot untuk mendaratkan pesawatnya.
Pendaratan yang penuh goncangan ini mengakibatkan pesawat layang
Skorzeny berhenti kira - kira lima belas meter dari hotel.
Sehabis pendaratan yang tidak mulus itu, Skorzeny mendorong Jendral
Soleti keluar dari pesawat. Saat dia mencoba keluar dari pesawatnya, dia
melihat sosok Mussolini di jendela yang berada di lantai dua hotel.
Skorzeny pun memerintahkan anak buahnya untuk segera berlari ke pintu
masuk hotel.
Setelah memasuki hotel bersama anak buahnya dan
Soleti, Skorzeny bergegas berlari menuju ruangan radio. Dia pun
menghancurkan radio komunikasi yang ada di ruangan tersebut dengan
gagang pistolnya. Setelah itu, Skorzeny pun bergegas menuju ruangan
dimana Mussolini ditahan. Pasukan penjaga pun mulai mengejar Skorzeny
dan kawanannya. Mereka pun bersiap menembak sebelum akhirnya kebingungan
oleh kehadiran dan perintah Soleti yang meminta mereka untuk menahan
tembakan mereka.
Skorzeny melumpuhkan dua orang penjaga yang
berada di depan pintu kamar Mussolini, sebelum memasuki ruangan
tersebut. Dia pun bertemu dengan sang diktator itu sendiri yang kaget
dengan kehadiran Skorzeny yang tiba - tiba.
"Duce, sang Fuhrer mengirim saya ke sini untuk membebaskan anda!" seru Skorzeny ke Mussolini.
"Aku tahu, sahabatku, Adolf tidak akan membuangku begitu saja," balas Mussolini.
Di saat Mussolini berada di luar hotel, para pasukan penjaga yang
berada di hotel sudah kehilangan moral, dan dilucuti oleh pasukan
Skorzeny yang semakin bertambah seiring mendaratnya lebih banyak pesawat
layang Jerman. Sementara itu, pasukan di bawah gunung juga telah
mengamankan stasiun kereta gantung.
Misi belum selesai.
Skorzeny masih harus mengantar Mussolini keluar dari tempat ini hidup -
hidup. Pesawat terbang Stork yang dinanti Skorzeny pun terlihat di
udara. Skorzeny pun memberikan isyarat ke pesawat tersebut agar
mendarat. Dia pun memerintahkan para pasukannya untuk membersihkan
tempat pendaratan dari bebatuan dan serpihan bagian pesawat yang
terlempar karena pendaratan yang kurang mulus.
Kapten Heinrich
Gerlach, sang pilot pun mendaratkan pesawatnya. Dia adalah pilot pribadi
Student. Skorzeny pun mengantar Mussolini ke pesawat tersebut. Pesawat
terbang Stork tersebut hanya bisa dinaiki oleh dua orang, namun Skorzeny
bersikeras, bahwa dia masih bertanggung jawab atas Mussolini dan tidak
akan melepaskan pandangannya sampai mereka berdua sampai di Jerman
dengan selamat. Dia tidak ingin memberitakan kepada Hitler bahwa
penyelamatan Mussolini berhasil tapi berakhir di saat akan diantar
keluar dari Gran Sasso, pesawat yang membawanya gagal lepas landas dan
hancur di tebing gunung yang terjal. Dia memilih untuk ikut mati jikalau
hal tersebut terjadi. Skorzeny akhirnya menumpang di bagasi pesawat.
Gerlach pun memang meragukan bahwa mereka bisa lepas landas dengan
keadaan di sekitar Gran Sasso yang berbatu. Selain itu, di hadapannya,
terdapat sebuah lubang yang besar dan dalam yang tidak tertangkap oleh
foto - foto Skorzeny dua hari yang lalu.
Pesawat yang
ditumpangi Skorzeny dan Mussolini benar - benar kelebihan beban. Kapten
Gerlach, mengumpulkan seluruh keberaniannya, memulai proses lepas
landas. Dia pun memacu mesin pesawat, sementara pasukan Skorzeny
memegangi sayap pesawat tersebut untuk menjaga stabilitas pesawat.
Pesawat pun akhirnya siap untuk lepas landas. Sebelum pesawatnya
menabrak lubang besar di hadapannya, Gerlach mengangkat pedal rem
pesawat dengan sekuat tenaga, membuat pesawatnya melompati lubang
tersebut, dan mendarat sempurna kembali. Dengan kecepatan yang kini
cukup untuk lepas landas, Gerlach pun mengangkat pesawatnya dan bersiap
mengudara. Pesawat tersebut melayang sejenak di udara sebelum menukik ke
pinggir puncak gunung. Kondisi di bawah terlihat sangat
mengkhawatirkan. Untungnya, Gerlach yang memang berpengalaman, berhasil
mengangkat kembali pesawat tersebut sebelum akhirnya mengudara dengan
sempurna.
Kram di bagasi yang sempit, Skorzeny mengalami
penerbangan yang sangat tidak nyaman. Hanya ketika mereka sampai di
landasan udara Practica yang dikuasai Jerman di Roma, Skorzeny bisa
lega. Dari sana, Skorzeny dan Mussolini diterbangkan ke Sarang Serigala.
Atas penyelamatannya ini, Skorzeny dianugrahi Knight's Cross dan
diangkat menjadi Mayor. Gerlach dan para pemain kunci dalam operasi ini
juga mendapatkan penghargaan. Mussolini diangkat menjadi pemimpin
Republik Sosialis Italia, sebuah negara boneka yang terdiri dari daerah
Italia yang dikuasai oleh Jerman.
Sehari setelah dia kembali ke Jerman, Skorzeny dihubungi oleh Hitler.
"Kau telah melakukan sebuah aksi yang akan menjadi bagian dari sejarah.
Kau telah mengembalikan rekanku, Mussolini," kata Hilter kepada
Skorzeny.
Dalam satu malam, reputasi Skorzeny terangkat
drastis. Dia menjadi layaknya selebritis, dan banyak yang menganggapnya
sebagai pahlawan nasional. Operasi ini pun menarik perhatian pihak
Sekutu. Winston Churchill, sang perdana menteri Inggris memuji Skorzeny
sebagai seorang yang sangat berani. Penyelamatan yang diselesaikan tanpa
ditembakkannya sebutir pun peluru ini akhirnya menjadi salah satu
katalis yang menyebabkan Skorzeny disematkan julukan "Pria Paling
Berbahaya di Eropa".
o---------------o---------------o
Sumber: Kaskus